Gunung Bismo Habitat Lutung dan Elang Jawa Yang Memiliki Kaldera Terbesar ke 8 Di Indonesia

Ada 6 jalur pendakian resmi namun yang aktif sekarang tinggal 2 yang lain masih belum aktif  karena pandemi kemarin, silandak termasuk jalur pertama di gunung Bismo,  ada 4 pos yang dilewati di jalur ini sebelum sampai ke puncak  puncak yakni, Pos 1 Dewabrata, Pos 2 Ganggaputra, Pos 3, Switawira, Pos 4 Pitamaha, dan Puncaknya Hastinapura.

Jarak yang ditempuh dari basecamp sampai ke puncak Hastinapurasekitar 3 sampai 4 jam, kalau tidak menggunakan fasilitas ojek, namun kalau menggunakan fasilitas ojek, pos 1 sampai puncak  sekitar 2 jam, jadi menghemat hampir satu jam lebih, setiap bulannya pendaki gunung Bismo Via silandak ini cukup banyak, sebelum pandemi rata-rata 1 bulan itu 500, namun setelah pandemi rata-rata 200 setiap bulannya, pendaki  kebanyakan dari luar kota, seperti Pekalongan, Jogja,  Semarang dan Kebumen,  pemandangan yang bisa dinikmati dari gunung Bismo via silandak ini luar biasa, membuat para pendaki gembira tentunya. 

Meski indah di manapun tempatnya, kita harus selalu menjaga kesopanan dan menghormati budaya, termasuk kearifan lokal yang masih dijaga serta dipercaya oleh warga sekitar, sebelum naik ada beberapa kearifan lokal yang harus tetap dijaga dan dilaksanakan di gunung Bismo yaitu,

dilarang menggunakan tenda, baju ataupun jaket berwarna kuning, karena masyarakat sekitar yakin bahwa warna kuning adalah warna kebesaran dari pendahulu di sini yaitu eyang Bismo ,kedua setiap pendaki wajib memakan gula merah dulu penambah stamina, pada jalur pendakian di Gunung Bismo  kita akan melewati hutan pakis, dan apabila beruntung kita masih melihat lutung lutung Jawa, Elang Jawa, di gunung Bismo.

Gunung Bismo juga terdaftar sebagai salah gunung api purba yang memiliki kaldera terluas Nomor 8 di Indonesia, selain wisata alam dan ada juga tempat wisata religi, yaitu sebelum puncak Hastinapura ada petilasan eyang Bismo, di petilasan tersebut tidak diperbolehkan boleh mengambil foto ataupun video. 

Larangan dan pantangan tersebut bukan untuk menghalangi kita menikmati pemandangan yang ditawarkan oleh Gunung Bismo, namun sudah menjadi tugas kita untuk tetap menghormati kearifan lokal dan tetap menjaga tatakrama di manapun kita berada.

Tidak hanya keindahan alam, kita bisa berkuliner di  area base camp, ada makanan khas desa Slukatan. Yang sudah mulai dikenal yaitu kopinya,  ada cingklung ada cantir ada grubi dan UMKM hasil warga sekitar lainnya.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama