Sejarah Kereta Api di Wonosobo (1917-1942)


Serujoedal Stoomtrum Matschappij adalah perusahaan kereta api swasta yang bertanggung jawab atas pembukaan jalur kereta api di Wonosobo. Dibukanya jalur kereta api di Wonosobo dikarenakan permintaan dari pabrik gula di sekitar Wonosobo yang mengeluhkan kesulitan dalam pendistribusian hasil bumi dan industri Perusahaan Kereta Api Lembah Serayu atau Serujoedal Stoomtrum Matschappij (SDS) ini didirikan pada 30 April 1894 yang secara resmi akan membangun jalur kereta api di pedalaman Banyumas, Serjordal Stotram Maatschappij diberi konsesi selama 99 tahun oleh pemerintah Hindia Belanda. SDS merupakan perusahaan kereta api berskala kecil yang memberikan pelayanan di luar jalur utama, serta membuka jalur yang menghubungkan kota-kota di pedalaman dengan panjang rel yang juga relatif pendek.

SDS dipimpin oleh C.LJ. Martens sebagai direktur dan A. Oltmans sebagai sekretaris. Dewan komisaris SDS terdiri dari Mr. F.S. Van Nierop sebagai ketua yang berkedudukan di Amsterdam, Mr. AFK Hartogh sebagai sekretaris yang berkedudukan di Amsterdam, Anggota terdiri atas B.1. Gompertz yang berkedudukan di Amsterdam, A. Van Hoboken Van Cortgene yang berkedudukan di Rotterdam,  HJ. de Marez Oijens berkedudukan di Amsterdam, serta Mr. F.J.II. De Wetstein Plister yang berkedudukan di Gravenhage. Kepala perwakilan perusahaan Hindia Belanda adalah J.A. Van Delden yang berkedudukan di Batavia.

Pembangunan jalur SDS dimulai pada Mei 1895 dengan modal sebesar F 1.500.000,00 dibawa pimpinan Ir. C. Groll, namun Ir. C. Groll kemudian digantikan C.JN. Bijvanck (Reitsma

Perusahaan SDS dikenal dengan perusahaan gabungan atau Zuster Maarschappijen bersama SJS (Samarang Joana Stoomtram Maatschappij), OJS (Oost Java Stotram Maatschappij), dan SCS (Semarang Cirebon Stoomtram Maatschappi) (Handleiding voor de Verwerving en Verzekering van Rechten op Grond Samarang Joana Stotram Maatschappij, Out Jara Stotram Maatschappij Serajoedal Stoomtram Maatschappij. Semarang Cheribon Stoomtram Maatschappij, 1913) Jalur kereta api Maos Wonosobo ini dibangun dalam tiga tahap. Sesuai dengan surat Gvt. Besluit. 23 Desember 1893 no 6, pembangunan jalur SDS pada tahap pertama terdapat enam jalur yang secara keseluruhan rute Maos - Purwokerto Sokaraja - Purworeja - Banjarnegara Tahap kedua Banjarsari Purbalingga sepanjang 7 km dan diresmikan pada 1 Juli 1900. Tahap ketiga, Banjamegara Wonosobo sepanjang 33 km ini dibuka pada 6 Juni 1917 dengan radius minimal 150 meter, kemiringan maksimum 25°. Rel terdiri dari bantalan besi seberat 33,4 kg per meter dan pada jembatan digunakan bantalan kayu Biaya konstruksi sekitar 1 88.000 per km (De Ingenieur edisi 10 Agustus 1918). Jalur SDS mempunyai panjang 124 km, terdiri dari 91 dari jalur Maos Banjarnegara dan jalur Banjarnegara 33 km. Jenis kereta api yang digunakan di Wonosobo adalah trem uap yang dikhususkan untuk jalur pendek karena rute yang digunakan adalah rute pendek. Trem SDS ini berjalan lambat dan selalu berhenti di halte atau pemberhentian di sepanjang jalur Maos - Wonosobo untuk mengangkut penumpang, mengisi bahan bakar dan mengisi ketel. Lokomotif uap memerlukan. air banyak untuk dinapkan

Jalur Maos Wonosobo merupakan daerah pegunungan dengan tanjakan dan tikungan tajam. Dalam pembangunan jalur rel kereta api banyak yang harus diperhatikan misalnya lebar kereta, tipe lokomotif, bantalan rel, dan sebagainya. Hal tersebut ikut mempengaruhi jalannya operasional kereta api. Lokomotif yang digunakan SDS dalam jalur Maos-Wonosobo adalah lokomotif Mallet (Tim Telaga Bhakti, 1997:108). Ukuran lebar rel kereta api di Hindia Belanda ada tiga jenis, yaitu breedspoor (1.435 mm), nonaalspoor atau Kaappsspoor (1.067 mm), dan smaalspoor (750 mm atau 600 mm) (Katam, 2014:8). Ukuran lebar kereta yang digunakan SDS adalah 1.067 mm. Suprastruktur trem dari jenis ini untuk perkeretaapian di Jawa. Lokomotif yang digunakan adalah lokomotif uap. Bahan bakar yang digunakan adalah batu hara dan kayu. Batu bara kebanyakan berasal dari milik pemerintah di Ombilin, Sumatera, tetapi beberapa juga didatangkan dari Australia Bantalan yang digunakan berasal dari kayu jati yang ada di pulau Jawa (Consessien den Serajoedal Stoomtram Maatschappij. 1908).

Wonosobo masuk dalam Karesidenan Kedu pada tahun 1901 bersama Temanggung, Magelang. Purworejo, dan Kebumen, Topografi yang dimiliki Wonosobo dengan Temanggung dan Magelang hampir sama yakni memiliki tanah yang subur dan iklim sejuk (Suroyo, 2000:42). Meskipun memiliki topografi yang sama, pembangunan jalur kereta api di Wonosobo dilakukan oleh SDS, sedangkan pembukaan jalur kereta api di Temanggung dan Magelang dibuka oleh NISM. Tahun 1905 NISM menyelesaikan jalur Yogyakarta - Magelang

Ambarawa, jalur ini merupakan titik terakhir dari cabang Semarang - Yogyakarta, dan diperlebar ke Secang dan Temanggung Jalur Ambarawa Secang memiliki kelandaian 8,5% dan menggunakan jalur kereta api bergigi satu- satunya di Jawa (Tim Telaga Bakti, 1997:102). Jalur kereta api Wonosobo dibuka olch SDS, mempertimbangkan kondisi geografis dan mcdan jalan, biaya operasional, dan keuntungan yang didapat oleh jalur ini. Pembukaan jalur kereta api Wonosobo melalui jalur Temanggung sangat tidak memungkinkan, karena medan yang dilalui sangat sulit dengan tanjakan yang tinggi, selain itu keuntungan yang didapat diperkirakan tidak menutup biaya operasional

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama